2. “Ini Milikku!” — Konflik Teritorial Venezuela dan Kolombia

caecilia s.
3 min readNov 8, 2023

--

Tulisan ini merupakan bagian dari ulasan jurnal milik Pearce (2013) yang ditulis untuk mata kuliah “The Making of Latin America”

Pearce (2013) menggambarkan konflik teritorial antara Venezuela dan Kolombia melalui sub-topik “Territorial Conflicts” yang kemudian kembali bercabang menjadi tiga sub-sub-topik; “Recovery of Lost Territory”, “Maritime Boundaries”, dan “Development of Frontier Regions”. Semuanya merupakan bagian dari tulisan Pearce (2013) yang berjudul “Colombia and Venezuela: A Tense Relationship Has Hopes for Cooperation”.

Baca ulasan tulisan Pearce sebelum sub-topik ini, melalui pranala ini.

Dalam tulisannya, Pearce (2013) menjelaskan terjadinya ambiguitas perbatasan wilayah antara negara-negara Gran Colombia. Venezuela dan Kolombia kemudian berupaya meredakan ambiguitas perbatasan wilayah melalui Treaty of Pombo-Michelana pada tahun 1833. Perjanjian tersebut diratifikasi oleh Kolombia, namun ternyata ditolak oleh Venezuela, karena menganggap adanya kehilangan wilayah dari pihak Venezuela yang tidak dapat diterima.

Kedua negara kemudian meminta bantuan dari Raja Alfonso XII dari Spanyol pada tahun 1881 yang kemudian menghasilkan perjanjian pada tahun 1891 untuk membahas perbatasan yang belum terselesaikan di Semenanjung Guajira. Bantuan dari Spanyol tersebut rupanya tidak akurat dan tidak diterima kedua negara, sehingga Swiss dimintai bantuan oleh keduanya untuk menciptakan keputusan final, yang berhasil dibuat tahun 1932.

Meskipun telah sah diputuskan tahun 1932, banyak kelompok di Venezuela yang masih ingin mendorong perluasan perbatasan di Venezuela. Hal tersebut misalnya dilakukan oleh Presiden Venezuela tahun 1932, Luis Herrera Campins yang menyebutkan adanya wilayah yang hilang, atau yang dilakukan para pejabat militer seperti Mayor Perez Tenreiro dan Lopez Sanches yang angkat bicara pada tahun 1980an tentang pemulihan wilayah yang hilang.

Pearce (2013) tidak menjelaskan secara lanjut bagaimana akhir dari konflik teritori yang diakibatkan pengakuan pemimpin-pemimpin Venezuela terkait wilayah yang hilang tersebut. Dalam tulisannya, Pearce (2013) melanjutkan ke sub-sub-topik yang lain mengenai batas maritim antara Venezuela dan Kolombia yang juga mengalami sengketa.

Batas maritim antara kedua negara sebenarnya telah ditetapkan melalui ‘Treaty on Border Demarcation and Navigation of Common Rivers tahun 1941. Venezuela sendiri merasa bahwa perjanjian tersebut terlalu menguntungkan Venezuela hingga melanggar kedaulatan Venezuela, sehingga memaksa Kementerian Luar Negeri Kolombia untuk memberikan tanggapan pada tahun 1952 dengan membatalkan klaim terhadap pulau-pulau yang bersengketa untuk meredakan keluhan Venezuela.

Setelah ‘mengalah’-nya Kolombia terhadap Venezuela, di tahun 1965, perusahaan minyak dari Amerika Serikat meminta konsensi untuk mengeksplorasi Teluk Venezuela untuk mempertimbangkan kebali pembatasan wilayah laut dan bawah laut di antara keduanya. Hal ini kemudian sempat memicu ‘huru-hara’ terutama karena kedua negara (terutama Venezuela) memiliki kepentingan untuk mengamankan kedaulatannya di teluk yang memiliki banyak cadangan minyak, terutama karena Venezuela menggantungkan pendapatannya pada industri minyak.

Pada konflik maritim tersebut, Pearce (2013) lagi-lagi tidak menyebutkan bagaimana resolusi antara keduanya. Namun, Pearce (2013) berpendapat bahwa konflik teritorial antara keduanya kemudian perlahan menghilang tanpa terselesaikan, kemungkinan karena pihak Venezuela yang telah ‘puas’ dengan keluhan yang pernah dilontarkan.

Selain sengketa wilayah secara langsung, perbatasan antara keduanya juga mengalami berbagai gesekan. Daerah perbatasan Kolombia secara fisik terisolasi dari pusat pemerintahan karena adanya pegunungan Andes, artinya masyarakat Venezuela yang berada di perbatasan negara memiliki pengaruh lebih besar terhadap wilayah tersebut dibandingkan dengan pemerintah Kolombia. Bebasnya arus manusia dan ternak menyebrangi perbatasan Venezuela dan Kolombia kemudian menimbulkan aktivitas seperti imigrasi ilegal, penyeludupan, dan aktivitas gerilya. Fenomena tersebut semakin parah ketika Venezuela mengalami ledakan ekonomi akibat kenaikan harga minyak tahun 1970an, hingga 1.5 juta warga Kolombia tinggal secara ilegal di Venezuela.

Selain imigrasi ilegal, terjadi pula penculikan dan jual-beli narkoba yang menjadi metode menarik yang digunakan oleh kelompok gerilya Kolombia untuk mendapatkan uang. Terjadi pula penyusupan bensin, makanan, dan senjata yang dilakukan oleh mereka. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan ancaman serius terhadap keamanan Kolombia dan Venezuela yang memperburuk hubungan keduanya.

Dalam sub-topik “Territorial Conflicts” ini, Pearce (2013) mampu menggambarkan bagaimana dua negara tersebut berkonflik terutama berkaitan dengan wilayah keduanya, baik dari masalah deklarasi ‘wilayah yang hilang’, masalah di laut, hingga masalah sosial di perbatasan. Tulisan Pearce (2013) ini cukup menarik dan mampu menjabarkan poin-poin penting dalam konflik, meskipun belum menggambarkan resolusinya (tentu karena tulisan yang telah dipublikasikan 10 tahun lalu.

Referensi:

Pearce, S. (2013). Territorial Conflicts dalam ‘Colombia and Venezuela: A Tense Relationship Has Hopes for Cooperation’. Colombia: From Crisis to Renewal. pp. 63–65

--

--