Kepala: Si Kembar Kolombia dan Venezuela (Sebuah Review Jurnal)

caecilia s.
3 min readNov 8, 2023

--

Tulisan ini ditulis sebagai portofolio mata kuliah ‘The Making of Latin America’

***

Seperti yang sudah pernah saya tulis beberapa waktu lalu, Kolombia dan Venezuela punya dinamika yang unik. Keduanya seperti saudara kembar — lahir dari satu negara; Gran Colombia. Saudara kembar yang “kucing-kucingan”, saudara kembar yang selalu berantem dan bergesekan. Berebut satu sama lain, tapi juga saling menolong satu sama lain.

Beberapa waktu lalu, saya menemukan sebuah jurnal yang cukup menarik dan jarang ditemukan, menceritakan secara lengkap hubungan antara keduanya. Jarang ditemukan, karena biasanya sebuah jurnal akan membahas sebuah hubungan berdasarkan sebuah fenomena saja, misalnya terkait historisnya saja, kerjasamanya saja, atau gesekan teritorinya saja. Jurnal ini milik Sarah Pearce, berjudul “Colombia and Venezuela: A Tense Relationship Has Hopes for Cooperation” yang diterbitkan tahun 2013 oleh Lehigh University. Tulisan Pearce (2013) memiliki isi yang menarik dan padat.

Pearce (2013) menjelaskan bagaimana penggulingan Raja Ferdinand VII serta lenyapnya monarki Spanyol pada tahun 1808 kemudian menjadi momentum tepat bagi Simon Bolivar untuk memimpin koloni Spanyol di Amerika Selatan untuk mencapai kemerdekaan. Dari usaha Bolivar tersebut, Kolombia, Venezuela, Ekuador, dan Panama kemudian bergabung menjadi satu negara; Gran Colombia yang lahir tahun 1809.

Tidak bertahan lama, Venezuela kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1831 dan berpisah dari Gran Colombia. Pasca pembubaran Gran Colombia sendiri, Kolombia dan Venezuela kemudian mulai mengalami ketegangan yang membawa mereka ke ambang perang. Konflik mulai bermunculan, misalnya konflik antara Kolombia dan Venezuela terkait perbatasan darat dan laut yang berlanjut hingga tahun 1980an.

Ketegangan keduanya semakin jelas setelah Hugo Chavez terpilih sebagai Presiden Venezuela tahun 1998. Chavez dengan rencana ambisiusnya bertekad untuk menjadi pemimpin Unified Latin American Region (mirip ambisi Bolivar terhadap Gran Colombia). Ambisinya tersebut mendorong Chavez mendukung kelompok gerilya paling terkemuka di Kolombia, Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia (FARC) yang mendeklarasikan diri sebagai pengikut Simon Bolivar. Dukungan Chavez untuk FARC kemudian membuat hubungan kedua negara semakin panas dengan kekhawatiran keamanan yang besar di sepanjang perbatasan Kolombia dan Venezuela.

Pearce (2013) kemudian juga membahas kerjasama yang dilakukan oleh keduanya, meskipun berada dalam ketegangan dan sempat meredup. Sebelum Chavez menerapkan embargo terhadap impor Kolombia pada tahun 2009, kedua negara memiliki hubungan ekonomi yang cukup dekat, dengan $6 miliar dari $7,2 milar (Dollar Amerika) total perdagangan Venezuela merupakan ekspor dari Kolombia ke Venezuela. Dengan adanya embargo, Kolombia dan Venezuela tentu perlu mencari mitra lain untuk memelihara ekonominya.

Perdagangan kedua negara sendiri mulai pulih pada tahun 2012 ketika Kolombia dan Venezuela berusaha untuk menutupi kerugian perdagangan yang sangat besar selama pembekuan diplomatik dan ekonomi dari tahun 2008 hingga 2010 (Robertson). Oleh karena itu, meskipun terjadi konflik baru-baru ini antara kedua negara, Kolombia dan Venezuela telah meningkatkan kerja sama ekonomi mereka melalui pembukaan kembali perdagangan bilateral.

Tulisan Pearce (2013) menurut saya sangat menarik dan perlu dibaca, terutama bagi yang memiliki ketertarikan terhadap dinamika di Amerika Latin, terutama antara Kolombia dan Venezuela. Meskipun tidak terlalu mendetail, Pearce (2013) berhasil menggambarkan garis besar yang cukup presisi dan berisi bagi pembaca untuk dapat mengetahui dinamika menarik si kembar Kolombia-Venezuela.

Meski menarik, perlu diingat pula bahwa tulisan Pearce ini dipublikasikan pada tahun 2013, 10 tahun yang lalu. Dalam 10 tahun, dinamika kedua negara sudah banyak berubah dengan berbagai masalah ekonomi, masalah ideologi, dan masalah diplomatis kedua negara yang terus naik-turun meskipun akhir-akhir ini telah membaik. Artinya, tulisan Pearce ini tidak lagi up-to-date, sehingga dalam membacanya perlu diingat bahwa banyak hal telah berubah.

Saya kemudian berusaha mengulik lebih lanjut tulisan dari Pearce terkait sub-topik yang dibahas dalam jurnal yang ditulisnya, sehingga dapat lebih mendetail dan terperinci. Tulisan saya terkait ulasan sub-topik Pearce nantinya dapat diakses sesuai dengan subtopik yang dibahas Sarah Pearce melalui pranala berikut:

  1. Lahirnya si Kembar Kolombia dan Venezuela dan Awal Mula Konflik
  2. “Ini Milikku!” — Konflik Teritorial Venezuela dan Kolombia
  3. Masih Bersaudara: Kerjasama

Selamat membaca!

Reference:

Pearce, S. (2013). Colombia and Venezuela: A Tense Relationship Has Hopes for Cooperation. Colombia: From Crisis to Renewal. pp. 61–70

--

--