Venezuela dan Kolombia: Negara Kucing-Kucingan

caecilia s.
2 min readOct 29, 2023

--

Tulisan ini dibuat untuk mata kuliah ‘The Making of Latin America’

Di Asia Tenggara, Indonesia punya Malaysia sebagai partner “kucing-kucingan”. Hubungan keduanya tidak sepenuhnya buruk, tapi juga tidak sepenuhnya baik. Terjadi kerjasama di antara keduanya, tetapi bukan berarti tidak terjadi pula konflik yang cukup panas. Mungkin Indonesia dan Malaysia beruntung, keduanya masih berada dalam kondisi damai. Di Amerika Latin, kondisi serupa terjadi pada dua negara bagai kakak beradik yang tak pernah akur.

Terlahir dari satu ibu yang sama, kedua negara dijajah oleh bangsa Spanyol sejak abad ke-16 dan disatukan di bawah Kerajaan Baru Granada (Nuevo Reino de Granada). Keduanya lalu bersatu menjadi negara federasi Kolombia Raya (Gran Colombia), bersama dengan Panama dan Ekuador pada tahun 1819 atas usaha Simon Bolivar. Negara federasi ini tidak bertahan lama setelah Simon Bolivar meninggal dunia. Negara-negara di dalamnya kemudian berdiri sebagai negara baru, termasuk Kolombia dan Venezuela yang pada akhirnya merdeka menjadi negara sendiri.

Pada awal kedua negara berdiri, keduanya memiliki hubungan yang “normal-normal” saja. Kedua negara memiliki perbedaan ideologi dan kepentingan politik yang berbeda. Kolombia berideologi liberal-kapitalis yang pro terhadap Amerika Serikat, sementara Venezuela lebih sosialis dan anti Amerika Serikat. Dengan perbedaan ideologi tersebut, awalnya kedua negara tidak memiliki konflik yang besar, hanya berkisar pada area sengketa Semenanjung Guajira, Teluk Venezuela.

Setelah Hugo Chavez memenangkan pemilu Venezuela tahun 1998, ideologi dan haluan politik Venezuela menguat ke arah sosialis, menyebabkan hubungan antara kedua negara semakin memburuk. Keduanya bahkan pernah membekukan hubungan diplomatisnya. Hubungan diplomatis dua negara terputus setelah Maduro, Presiden Venezuela saat itu (setelah Chavez) menyatakan Persona non Grata atau mendeportasi seluruh diplomat Kolombia.

Setelah Kolombia memiliki presiden baru, Gustavo, hubungan politik kedua negara tersebut kembali membaik. Pada awal tahun 2023, Venezuela dan Kolombia kembali membuka seluruh perbatasan bersama terutama Jembatan Internasional Tienditas yang telah ditutup selama delapan tahun karena hubungan yang memburuk. Dibukanya perbatasan menandakan kedua negara “kucing-kucingan” ini mencoba untuk sekali lagi menjalin perdamaian, berusaha untuk memperbaiki hubungan, bekerjasama untuk perdamaian yang telah lama dicari.

Referensi:

Britannica. (N/A). Gran Colombia. Britannica. Diakses melalui https://www.britannica.com/place/Gran-Colombia

Planasari, S. (Ed). (2023). Kolombia dan Venezuela Membuka Seluruh Perbatasan Kedua Negara. Tempo. Diakses melalui https://dunia.tempo.co/read/1674643/kolombia-dan-venezuela-membuka-seluruh-perbatasan-kedua-negara

Pozzebon, S. (2022). Colombia and Venezuela reestablish diplomatic relations. CNN. Diakses melalui https://edition.cnn.com/2022/08/29/americas/colombia-and-venezuela-reestablish-diplomatic-relations-intl-latam/index.html

Santosa, T. (2020). Dubes Kolombia Juan Camilo Valencia Gonzales: Kami Tidak Harus Memilih Salah Satu dari Mereka. RMOL. Diakses melalui https://rmol.id/read/2020/09/18/452823/kami-tidak-harus-memilih-salah-satu-dari-mereka

Yuristiana, T. (2022). Hubungan Pulih, Presiden Kolombia Akhirnya Kunjungi Venezuela. Kumparan. Diakses melalui https://kumparan.com/kumparannews/hubungan-pulih-presiden-kolombia-akhirnya-kunjungi-venezuela-1zAaSzDhuiv/2

--

--